Selasa, 16 Agustus 2011

Salat Menjaga Orbit Spiritual

oleh :Lisa Ayu Lestari
Berbeda dari perintah puasa, zakat dan haji, perintah salat wajib dilaksanakan setiap hari sebanyak lima waktu. Belum lagi berbagai anjuran salat sunah seperti halnya tarawih di bulan Ramadan.



Beberapa teman non-muslim sering berkomentar, menjadi orang muslim itu berat, terutama melaksanakan perintah salat setiap harinya. Mengapa tidak cukup berdoa saja? Begitulah tanpa dilandasi iman, kesadaran dan disiplin tinggi, sungguh berat menjaga kontinuitas salat.

Tetapi jika kita amati, kalaupun seseorang enggan menjaga konsisteni salat lima waktu, hidup inipun selalu terikat dengan ritual keduniaan yang rutin. Sejak dari mandi, berpakaian, sarapan pagi, membaca koran, nonton televisi, menelepon teman dan sekian ritual keduniaan lain yang juga memakan waktu sebagaimana salat.

Belum lagi ritual mingguan, bulanan dan tahunan, selalu saja manusia kreatif menciptakan dan menjaganya, misalnya pesta ulang tahun kelahiran. Jadi kalau alasan enggan salat karena waktu, sesungguhnya kurang logis karena sebagai contoh untuk melaksanakan salat Isya kurang dari sepuluh menit. Soal tempat pun cukup fleksibel.

Satu di antara dampak positif dari salat adalah seseorang selalu diingatkan dan terikat pada pusat orbit Ilahi. Bayangkan saja, ibarat sebuah pesawat terbang yang menjelajahi ruang angkasa, sang pilot mesti taat pada garis orbitnya agar tidak tersesat dan kehilangan arah.

Begitu pula dalam hidup ini, dari bangun pagi sampai malam hendak tidur, kita bertemu dengan berbagai macam orang, situasi, serta godaan yang potensial menjauhkan diri kita dari orbit kebenaran. Maka idealnya dengan salat seseorang kembali ke orbit yang benar dan berkonsultasi pada Allah menyampaikan laporan rasa syukur, mohon kekuatan serta bimbingan.

Lewat salat diharapkan terjaga keseimbangan hidup untuk meraih kebaikan jasmani maupun rohani.

Dengan menjaga salat yang benar seseorang diharapkan peka dan setia pada rambu-rambu kehidupan yang telah diajarkan para Rasul Tuhan, ibarat pengembara yang selalu memperhatikan lampu lalu lintas serta arah jalan.

Melalui salat seorang hamba melakukan berkomunikasi langsung dengan Tuhan tanpa perantara untuk menyampaikan semua sanjungan, syukur, maupun keluh kesahnya.

Salat juga sebuah pengakuan penghambaan manusia di hadapan Tuhannya, pengakuan kelemahan dan tidak keberdayaannya manusia dihadapan-Nya.

Inna Shalatii Wanusuki Wamahyaaya Wamamaati Lillahi Rabbil 'Aalamiina, Bahwa salatku dan totalitas hidupku dipersembahkan hanya pada Allah. Salat juga mengajarkan kesabaran, kekhusyukan dan fokus atau istiqomah.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes